PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Dosen Pengampu :
Nuraida, Msi
Disusun oleh:
Nama :
Neni Triana
NIM :
111401820000021
Kelas
: A
Semester
: II (dua)
MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015
1. Definisi Psikologi Pendidikan
menurut John Dewey ( 1859-1952)
John Dewey adalah
seorang profesor di Universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Beberapa
kajian dari John Dewey adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak
sebagai pembelajar aktif ( active learning), di mana anak bukan pasif duduk
diam menerima pelajaran tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih
baik. Pendidikan harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan
anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya[1]. Dewey percaya bahwa anak seharusnya tidak
mendapatkan pelajaran akademik saja,tetapi juga harus mempelajari cara untuk
berfikir dan beradaptasi dengan lingkungan luar sekolah, seperti mampu untuk
memecahkan masalah dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak berhak
mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki
dan perempuan, semua golongan etnis, sampai pada semua lapisan ekonomi-sosial.
Menurut pendapat saya
psikology pendidikan yang dikemukakan oleh Jhon dewey cakupannya cukup luas
yaitu seorang anak tidak hanya mendapatkan pendidikan mata pelajaran saja
namun seorang anak kemampuan untuk
beradaptasi lingkungannya, saya setuju dengan hal itu karena pendidikan tidak
hanya di peroleh di lembaga pendidikan formal namun bisa di dapatkan dari
pengalaman dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan, dengan begitu
psikologi anak dapat dikembangkan juga dengan adanya adaptasi dengan lingkungan
melalui pengalamannya. Psikologi juga ilmu jiwa yang membantu proses berfikir
untuk mengembangkan kemampuannya dengan proses pendidikan.
2.
Manfaat mempelajari Psikologi Pendidikan
Menurut
Chaplin (1972, dalam Online) manfaat
mempelajari psikologi pendidikan adalah untuk membantu memecahkan
masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan yang meliputi guru, siswa, materi,
metode, dalam masalah belajar-mengajar terdapat beberapa macam-macam kegiatan
yang memerlukan prinsip psikologis, yaitu:
1.
Seleksi penerimaan
siswa baru
2.
Perencanaan
pendidikan
3.
Penyusun kurikulum
4.
Penelitian
kependidikan
5.
Administrasi
kependidikan
6.
Pemilihan materi
pelajaran
7.
Interaksi belajar-mengajar
8.
Pelayanan bimbingan
dan konseling
9.
Evaluasi belajar.
Selain itu mempelajari
psikologi pendidikan tidak hanya berguna bagi kegiatan belajar dan
mengajar disekolah melainkan untuk mengintrospeksi diri seperti:
1. Memotivasi diri sendiri dan orang lain.
"Didalam
psikologi pendidikan kita akan mengetahui bagaimana motivasi yang kita miliki, selain dapat memotivasi
diri sendiri kita juga dapat memotivasi orang lain contohnya dalam hal belajar
tentang hal-hal baru seperti manfaat dari kita memepelajari tentang teknologi,
kenapa kita harus mempelajarinya?
2. Mengukur
seperapa jauh pertumbuhan dan perkembangan yang kita alami mulai dari bayi
hingga tua.
”Dapat mengetahui bagaimana proses pertumbuhan
dan perkembangan yang kita miliki dari mulai bayi hingga usia dewasa. Misalnya
untuk mengetahui pertumbuhan kita dapat mengukur berat badan, tinggi badan
kemudian membanndingkan dengan pertumbuhan sebelumnya. Untuk mengetahui perkembangan
diri kita misalnya dengan melihat index prestasi peningkatan prestasi yang kita
peroleh hal ini bermanfaat agar kita memahami sejauh mana kemampuan berfikir
kita meningkat”.
3. Mengetahui intelegensi apasaja yang kita
miliki agar dapat mengembangkannya bahkan menambah intelegensi lain.
“Dengan mempelajari psikologi pendidikan kita
dapat mengetahui intelegensi apa yang kita miliki dan bagaimana cara mengembangkan
bakat-bakat yang kita miliki agar dapat terus di tingkatkan.
3. Metode Belajar Psikologi Pendidikan
Dalam psikologi
pendidikan, metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan
informasi, pada umumnya para ahli psikologi pendidikan melakukan riset
psikologi dala bidang pendidikan dengan menggunakan metode peneletian tertentu:
yaitu metode eksperimen, metode kuesioner, metode studi kasus, metode
penyelidikan klinis. Metode observasi naturalistik.
a. Metode
Eksperimen
Metode
eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter dalam
sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaannya
disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa,
penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca, alat utama yang
biasa dipakai adalah computer dengan berbagai programnya seperti
program cognitive psychology test, metode ini biasanya sebagai
pilihan utama terutama dalam riset-riset. Dalam penelitian eksperimental objek
yang akan diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yakni: 1. Kelompok percobaan
(eksperimental group); 2. Kelompok pembanding (control group) kedua kelompok
pada akhir riset hasilnya akan dibandingkan lalu dianalisis, ditafsirkan, dan
disimpulkan dengan teknik statistic tertentu.
b.
Metode Kuesioner
Metode
kuesioner lazim juga disebut metode surat-menyurat. Kuesioner
disebut “mail survey”karena pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya
sering dikirimkan ke dan dari responden melalui jasa pos, selain lebih hemat
biaya dan juga lebih banyak unit yang bisa dijangkau. Sebelum kuisioner
disebarkan kepada koresponden yang sesungguhnya, seorang peneliti psikologi
biasanya melakukan uji coba. Dengan menggunakan sampel yang sama dengan calon
koresponden yang sesungguhnya. Tujuannya memastikan apakah pertanyaan cukup
jelas dan relevan untuk dijawab, dan masukan yang bermanfaat. Contoh data yang
dapat dihimpun dengan cara penyebaran adalah sebagai berikut:
Karakterisitik
pribadi
Latar
belakang pribadi
Dll.
c.
Metode Studi kasus
Studi
kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk
memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa
atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti
psikologi pendidikan , juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial
lainnya karena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelidikan
dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih meluas dan mendalam.
Alat
yang dipakai juga bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variable
yang sukar disimpulkan dalam satuan tertentu, penyelidikan disini dilakukan
dalam kurun waktu tertentu dengan mengikuti perkembangan objek yang kita
teliti,
d.
Metode Penyelidikan Klinis
Pada
mulanya, metode penyelidikan klinis hanya digunakan oleh para psikiater. Dalam
metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa
serta cara-cara memberikan perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut.
Orang yang pertama kali memanfaatkan metode ini adalah jean piaget dalam bidang
pendidikan, piaget sering menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dengan
cara yang unik yakni interaksi semu alamiah, (quasi-natural) anatara peneliti
dengan objek penelitian (reber, 1988). Metode ini biasa digunakan bagi anak
yang mengalami penyimpangan psikologi dan prilaku. Oleh karena itu penggunaan
sarana dan alat-alat yang digunakan harus memperhatikan batas kesanggupan
siswa, dengan tetap menjaga ketelitian. Sasaran metode ini adalah adalah
memastikan sebab timbulnya ketidak normalan perilaku seseorang siswa atau
sekelompok kecil siswa. Kemudian berdasarkan kepastian factor penyebab itu
penelitian berupaya memilih dan menentukan cara yang tepat mengatasi
penyimpangan tersebut.
e.
Metode Observasi Naturalistik
Metode
observasi naturalistik adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah.
Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau tidak
menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian. Pada awalnya
metode ini banyak digunakan dalam penelitian hewan untuk mempelajari tingkah
lakunya, kemudian metode ini digunakan untuk meneliti peran kepemimpinan dalam
sebuah masyarakat atau untuk meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi,
yang bersifat kemasyarakatan.
Dari
beberapa metode psikologi pendidikan yang disebutkan di atas, metode yang
memudahkan saya untuk mempelajari psikologi pendidikan adalah metode observasi
naturalistik, karena metode ini memperhatikan bagaimana perkembangan sesuatu
secara alami misalnya cara menegembangkan informasi yang didapatkan dari
dosen maka kita akan bertanya dan mengembangkan
sesuai dengan argument dan teori-teori yang telah ada sehingga dengan hal itu
pengetahuan yang kita peroleh tidak hanya sekedar proses berfikir sesaat tetapi
selalu dikembangkan dengan keadaan yang ada.
4. Mempelajari Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan adalah proses menambahnya tinggi,
volume, atau massa tubuh makhluk hidup yang biasanya bersifat kuantitatif
(dapat dihitung dengan angka). Pertumbuhan ini kebanyakan dapat dilihat dari
fisik makhluk hidup itu sendiri.
Perkembangan adalah proses menuju
kedewasaan yang bersifat kualitatif (tidak dapat digambarkan dengan angka,
lebih dilihat dari segi fungsionalnya) untuk menjadi makhluk yang sempurna
seutuhnya. Perkembangan, tidak terbatas pada usia, artinya makhluk hidup akan
terus berkembang seiring pertambahan usianya. Contoh perkembangan adalah proses
seorang manusia dari lahir hingga mampu berbicara, berdiri, dan berjalan.
Hal menyenangkan
dalam mempelajari pertumbuhan dan perkembangan adalah kita dapat mengerti bahwa
pertumbuhan dan perkembangan itu tidaklah sama, namun keduanya mempunyai saling
keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan misalnya seorang anak yang berusia 2
tahun dari segi pertumbuhan pasti akan mengalami perubahan dibandingkan saat
usia 1 tahun yang awalnya belum bisa berjalan, kemudian di usai 2 tahun sudah
mulai belajar berjalan selain itu, anak usia 1 tahun yang bertambah usia ke 2
tahun mengalami perkembangan dalam segi kecerdasaanya misalnya pada usia 2
tahun anak itu sudah bisa memanggil “mama” dan dapat bernyanyi walaupun tidak
terlalu jelas pengucapan vokalnya.
Jika dikaitan dengan ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
ولقد خلقنا الإنسان من
سلالة من طين(12)
ثم جعلناه نطفة في قرار
مكين(13)
ثم خلقنا النطفة علقة
فخلقنا العلقة مضغة فخلقنا المضغة عظاما فكسونا العظام(14)
لحما ثم أنشأناه خلقا آخر فتبارك الله
أحسن الخالقين
Artinya:
(12) Dan sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dari suatu
saripati (berasal) dari tanah.
(13) Kemudian Kami
jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
(14) Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal
daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang
belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.
5.
Teori belajar menurut Skinner
Konsep-konsep
yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh
sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun
lebih komprehensif.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya.
Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini
memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya
memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami
tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus
yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan
berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga
mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat
untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab
setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Dari
teori belajar yang di kemukakan oleh Skinner dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah proses interaksi yang terjadi dengan lingkungan yang menimbulkan
perubahan tingkah laku sesuai dengan repon yang di dapat dari lingkungannya,
misalnya seorang anak belajar mengaji maka repon yang akan didapat adalah anak
itu akan memperoleh pujian yang baik, namun apabila seorang anak belajar untuk
berbohong maka akan memperoleh celaan dari lingkungan. Jadi proses belajar itu
berlangsung sesuai dengan bagaimana lingkungan yang ada.
6. Pengertian
Intelegensi dan Intelegensi yang dimiliki
Intelegensi
berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin
yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang
intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada
tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu
kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan
sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan
penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata
Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku
yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
William
Stern mengemukakan batasan sebagai berikut; Intelegensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri
kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan
tujuannya.
Intelegensi
yang saya miliki adalah kecerdasan linguistik (kecerdasan bahasa) karena saya
menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan menulis, membaca, dan
menghafal. Namun saya lebih dominan dalam hal menulis dan membuat kata-kata
mutiara sehingga saya harus mempebanyak
kosa kata dalam bahasa. Cara mengembangkan intelegensi yang saya miliki adalah
saya sering mencoba menulis karangan atau artikel kemudian saya posting ke blog
selain kecerdasan bahasa, saya juga memiliki kecerdasan intrapersonal,
yakni kemampuan mental untuk mengenali aspek-aspek internal diri sendiri,
misalnya kognisi, perasaan, emosi, kebutuhan, keinginan, kemauan, harapan,
kerinduan, dan untuk membeda-bedakan aspek-aspek ini, yang diperlukan untuk
memahami dan memandu perilaku dan tindakan sendiri. Untuk mengembangkan potensi dalam
hal ini saya lebih sering mengintrospeksi segala kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki dalam melakukan tindakan.
7.
Pengertian Motivasi Dan Pengaruh
Motivasi Eksternal dan Internal
Motivasi adalah suatu yang menghidupkan (energizer), mengarahkan
dan mempertahankan prilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka
dalam suatu arah tertentu dan menjaga mereka agar terus bergerak.
Motivasi adalah
proses yang memberi semangat,arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku
yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Motivasi Eksternal adalah
melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai
tujuan). Motivasi eksternal sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti
imbalan dan hukuman.
Motivasi Internal adalah
motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu
sendiri). Misalnya, mungkin murid belajar untuk
mengikuti ujian karena ia menyukai mata pelajaran tersebut.
Motivasi Eksternal yang
memepengaruhi saya untuk belajar manajemen pendidikan adalah dorongan dari
orangtua yang menginginkan saya dapat mendirikan sebuah sekolah yang nantinya
dapat membantu mencerdaskan anak bangsa.
Motivasi Internal yang
mempengaruhi saya untuk belajar di jurusan manajemen pendidikan adalah
kesadaran diri bahwa pendidikan di
Indonesia masih kurang dari kualitas yang baik, jika setelah lulus dari
manajemen pendidikan saya ingin memperbaiki sistem pendidikan yang ada di
sekolah contoh kecilnya dalam bidang pembelajaran yang ada di sekolah dengan
memfokuskan terhadap perkembangan pendidikan karakter yang siswa miliki.
8. Teori belajar yang cocok untuk jurusan manajemen
pendidikan adalah:
Teori Belajar Konstrutivistik
Menurut teori belajar konstruktivistik
belajar dilakuakn lewat pengalaman langsung, kemudian berusaha langsung
menkonstuksi pengalaman sesuai dengan pengetahuan sebelumnya, dan anak aktif
mencari pengetahuan yang dipengaruhi oleh lingkungan.
ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik
·
Pembelajaran
berpusat pada sisiwa dan guruberperan sebagai motivator, fasilitator dan
mediator.
·
Dalam pembelajaran
guru menyiapkan tugas yang membuat anak tertantang.
·
Guru mendampingi
anak dalam belajar, jika ada pertanyaan dijawab lagi dengan pertanyaan.
·
Stimulus =>
respon => penguatan
Saya menyukai teori belajar konstruktivistik
karena menurut pendapat saya teori ini sangat tepat untuk prodi manajemen
pendidikan, dimana prodi ini menuntut peserta didik untuk dapat
mengimplementasikan dalam lingkungan pendidikan, misalnya pada beberapa mata kuliah peserta didik di tuntut
untuk melakukan observasi disekolah secara langsung, dimana sebelum melakukan
observasi peserta didik diberikan pengarahan tentang manajemen yang di terapkan
dalam sekolah. Setelah mendapatkan pengarahan dan materi pembelajaran maka
peserta didik dapat langsung melakukan observasi untuk membuktikan kebenaran
dari teori yang sudah disampaikan.
9. Ciri-ciri guru yang beraliran Behaviorisme
Teori Belajar Behavioristik
Belajar merupakan perubahan prilaku atau tingkah laku stimulus
-> respon -> penguatan.
ciri-ciri pembelajaran behavioristik :
·
pembelajaran
berpusat pada guru
·
guru sebagai
sumber informasi dan media pembelajaran
·
lebih menekankan
pada latihan tanpa menekankan pada pemahaman terlebih dahulu
·
memotivasi anak
atau siswa dengan hadiah dan hukuman
·
menekankan hasil
belajar pada hasil akhir tanpa melihat proses
·
dalam pembelajaran
banyak menggunakan contoh
·
banyak aturan yang
ditetapkan guru
·
aktifitas lebih
dominan pada guru
Bentuk perubahan dari stimulus -> respon -> penguatan
yaitu :
·
sikap
·
ide
·
gerak ( prilaku )
10. Ciri-ciri guru yang beraliran Humanistik
Perilaku mengajar yang humanis terkait dengan
aliran Humanism, yaitu sebuah pendekatan psikologis yang menitikberatkan pada
masalah-masalah kepentingan manusia, nilai-nilai, dan martabat manusia (Kartono
& Gulo, 2000) Berdasarkan uraian Prof. Dr. Djohar (dalam Alimi dan Zaidie,
1996), penulis menyimpulkan bahwa Perilaku yang humanis adalah perilaku
yang memanusiakan siswa dengan menghargai martabat dan memperlakukan sesuai
dengan karakteristiknya masing-masing. Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003)
dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa hormat yang positif, empati, dan
suasana yang harmonis/tulus, untuk mencapai perkembangan yang sehat sehingga
tercapai aktualisasi diri.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup
konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh
Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan
kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.
Merespon
perasaan siswa
2.
Menggunakan
ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.
Berdialog
dan berdiskusi dengan siswa
4.
Menghargai
siswa
5.
Kesesuaian
antara perilaku dan perbuatan
6.
Menyesuaikan
isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari
siswa)
7.
Tersenyum
pada siswa
Sumber Referensi:
Dakir, Dasar-dasar
Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993.
Darsono, Max. Belajar
dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2001.
Haryanto, 2010, Macam-macam teori belajar, http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/,
diakses tgl 25 April 2015, jam 20.00
Ioanes rakhmat, Teori
Multiple Intelligences Howard Gardner,http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2014/10/teori-multiple-intelligences-howard.html,
di akses tgl 25 April 2015, jam 19.30
Jeanne
Ellis Omrod, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Erlangga,2008
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2008.
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, Bandung : Remadja
Karya CV , 1985.
Soemanto, Wasty. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998.
Syamsul bahri thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris. Jakarta: kencana,2010