Minggu, 26 April 2015

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Dosen Pengampu :
Nuraida, Msi





Disusun oleh:

                                         Nama                   : Neni Triana
                                         NIM                     : 111401820000021
                                         Kelas                    : A
                                         Semester              : II (dua)


MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015



1. Definisi Psikologi  Pendidikan menurut John Dewey ( 1859-1952)
John Dewey adalah seorang profesor di Universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Beberapa kajian dari John Dewey adalah pertama, kita mendapatkan pandangan tentang anak sebagai pembelajar aktif ( active learning), di mana anak bukan pasif duduk diam menerima pelajaran tetapi juga aktif agar proses belajar anak akan lebih baik. Pendidikan harus difokuskan pada anak secara keseluruhan dan kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya[1]. Dewey percaya bahwa anak seharusnya tidak mendapatkan pelajaran akademik saja,tetapi juga harus mempelajari cara untuk berfikir dan beradaptasi dengan lingkungan luar sekolah, seperti mampu untuk memecahkan masalah dengan baik. Ketiga, ia berpendapat bahwa semua anak berhak mendapatkan pendidikan yang selayaknya, mulai dari kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan, semua golongan etnis, sampai pada semua lapisan ekonomi-sosial.


Menurut pendapat saya psikology pendidikan yang dikemukakan oleh Jhon dewey cakupannya cukup luas yaitu seorang anak tidak hanya mendapatkan pendidikan mata pelajaran saja namun  seorang anak kemampuan untuk beradaptasi lingkungannya, saya setuju dengan hal itu karena pendidikan tidak hanya di peroleh di lembaga pendidikan formal namun bisa di dapatkan dari pengalaman dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan, dengan begitu psikologi anak dapat dikembangkan juga dengan adanya adaptasi dengan lingkungan melalui pengalamannya. Psikologi juga ilmu jiwa yang membantu proses berfikir untuk mengembangkan kemampuannya dengan proses pendidikan.


2. Manfaat mempelajari Psikologi Pendidikan
Menurut Chaplin (1972, dalam Online) manfaat mempelajari psikologi pendidikan adalah untuk membantu memecahkan masalah yang terdapat dalam dunia pendidikan yang meliputi guru, siswa, materi, metode, dalam masalah belajar-mengajar terdapat beberapa macam-macam kegiatan yang memerlukan prinsip psikologis, yaitu:
1.            Seleksi penerimaan siswa baru
2.            Perencanaan pendidikan
3.            Penyusun kurikulum
4.            Penelitian kependidikan
5.            Administrasi kependidikan
6.            Pemilihan materi pelajaran
7.            Interaksi belajar-mengajar
8.            Pelayanan bimbingan dan konseling
9.            Evaluasi belajar.

Selain itu mempelajari psikologi pendidikan tidak  hanya berguna bagi kegiatan belajar dan mengajar disekolah melainkan untuk mengintrospeksi diri seperti:

1.      Memotivasi diri sendiri dan orang lain.
"Didalam psikologi pendidikan kita akan mengetahui bagaimana motivasi yang kita miliki, selain dapat memotivasi diri sendiri kita juga dapat memotivasi orang lain contohnya dalam hal belajar tentang hal-hal baru seperti manfaat dari kita memepelajari tentang teknologi, kenapa kita harus mempelajarinya?

 2.      Mengukur seperapa jauh pertumbuhan dan perkembangan yang kita alami mulai dari bayi hingga tua.
Dapat mengetahui bagaimana proses pertumbuhan dan perkembangan yang kita miliki dari mulai bayi hingga usia dewasa. Misalnya untuk mengetahui pertumbuhan kita dapat mengukur berat badan, tinggi badan kemudian membanndingkan dengan pertumbuhan sebelumnya. Untuk mengetahui perkembangan diri kita misalnya dengan melihat index prestasi peningkatan prestasi yang kita peroleh hal ini bermanfaat agar kita memahami sejauh mana kemampuan berfikir kita meningkat”.

3.      Mengetahui intelegensi apasaja yang kita miliki agar dapat mengembangkannya bahkan menambah intelegensi lain.
Dengan mempelajari psikologi pendidikan kita dapat mengetahui intelegensi apa yang kita miliki dan bagaimana cara mengembangkan bakat-bakat yang kita miliki agar dapat terus di tingkatkan.

3. Metode Belajar Psikologi Pendidikan
Dalam psikologi pendidikan, metode-metode tertentu dipakai untuk mengumpulkan berbagai data dan informasi, pada umumnya para ahli psikologi pendidikan melakukan riset psikologi dala bidang pendidikan dengan menggunakan metode peneletian tertentu: yaitu metode eksperimen, metode kuesioner, metode studi kasus, metode penyelidikan klinis. Metode observasi naturalistik.
a. Metode Eksperimen
Metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan eksperimenter dalam sebuah laboratorium atau ruangan tertentu lainnya. Teknis pelaksanaannya disesuaikan dengan data yang akan diangkat, misalnya data pendengaran siswa, penglihatan siswa, dan gerak mata siswa ketika sedang membaca, alat utama yang biasa dipakai adalah computer dengan berbagai programnya seperti program cognitive psychology test, metode ini biasanya sebagai pilihan utama terutama dalam riset-riset. Dalam penelitian eksperimental objek yang akan diteliti dibagi menjadi dua kelompok, yakni: 1. Kelompok percobaan (eksperimental group); 2. Kelompok pembanding (control group) kedua kelompok pada akhir riset hasilnya akan dibandingkan lalu dianalisis, ditafsirkan, dan disimpulkan dengan teknik statistic tertentu.

b. Metode Kuesioner
Metode kuesioner lazim juga disebut metode surat-menyurat. Kuesioner disebut “mail survey”karena pelaksanaan penyebaran dan pengembaliannya sering dikirimkan ke dan dari responden melalui jasa pos, selain lebih hemat biaya dan juga lebih banyak unit yang bisa dijangkau. Sebelum kuisioner disebarkan kepada koresponden yang sesungguhnya, seorang peneliti psikologi biasanya melakukan uji coba. Dengan menggunakan sampel yang sama dengan calon koresponden yang sesungguhnya. Tujuannya memastikan apakah pertanyaan cukup jelas dan relevan untuk dijawab, dan masukan yang bermanfaat. Contoh data yang dapat dihimpun dengan cara penyebaran adalah sebagai berikut:
Karakterisitik pribadi
Latar belakang pribadi
Dll.

c. Metode Studi kasus
Studi kasus (case study) ialah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang rinci mengenai aspek-aspek psikologis seorang siswa atau sekelompok siswa tertentu. Metode ini, selain dipakai oleh para peneliti psikologi pendidikan , juga sering dipakai oleh peneliti ilmu-ilmu sosial lainnya karena lebih memungkinkan peneliti melakukan investigasi (penyelidikan dengan mencatat fakta) dan penafsiran yang lebih meluas dan mendalam.
Alat yang dipakai juga bermacam-macam terutama yang dapat mengungkapkan variable yang sukar disimpulkan dalam satuan tertentu, penyelidikan disini dilakukan dalam kurun waktu tertentu dengan mengikuti perkembangan objek yang kita teliti,

d. Metode Penyelidikan Klinis
Pada mulanya, metode penyelidikan klinis hanya digunakan oleh para psikiater. Dalam metode ini terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit kelainan jiwa serta cara-cara memberikan perlakuan pemulihan terhadap kelainan jiwa tersebut. Orang yang pertama kali memanfaatkan metode ini adalah jean piaget dalam bidang pendidikan, piaget sering menggunakan metode ini untuk mengumpulkan data dengan cara yang unik yakni interaksi semu alamiah, (quasi-natural) anatara peneliti dengan objek penelitian (reber, 1988). Metode ini biasa digunakan bagi anak yang mengalami penyimpangan psikologi dan prilaku. Oleh karena itu penggunaan sarana dan alat-alat yang digunakan harus memperhatikan batas kesanggupan siswa, dengan tetap menjaga ketelitian. Sasaran metode ini adalah adalah memastikan sebab timbulnya ketidak normalan perilaku seseorang siswa atau sekelompok kecil siswa. Kemudian berdasarkan kepastian factor penyebab itu penelitian berupaya memilih dan menentukan cara yang tepat mengatasi penyimpangan tersebut.

e. Metode Observasi Naturalistik
Metode observasi naturalistik adalah sejenis observasi yang dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau tidak menampakkan diri sebagai orang yang sedang melakukan penelitian. Pada awalnya metode ini banyak digunakan dalam penelitian hewan untuk mempelajari tingkah lakunya, kemudian metode ini digunakan untuk meneliti peran kepemimpinan dalam sebuah masyarakat atau untuk meneliti sekelompok orang yang memerlukan terapi, yang bersifat kemasyarakatan.

Dari beberapa metode psikologi pendidikan yang disebutkan di atas, metode yang memudahkan saya untuk mempelajari psikologi pendidikan adalah metode observasi naturalistik, karena metode ini memperhatikan bagaimana perkembangan sesuatu secara alami misalnya cara menegembangkan informasi yang didapatkan dari dosen  maka kita akan bertanya dan mengembangkan sesuai dengan argument dan teori-teori yang telah ada sehingga dengan hal itu pengetahuan yang kita peroleh tidak hanya sekedar proses berfikir sesaat tetapi selalu dikembangkan dengan keadaan yang ada.

4. Mempelajari Pertumbuhan dan Perkembangan

Pertumbuhan adalah proses menambahnya tinggi, volume, atau massa tubuh makhluk hidup yang biasanya bersifat kuantitatif (dapat dihitung dengan angka). Pertumbuhan ini kebanyakan dapat dilihat dari fisik makhluk hidup itu sendiri.
Perkembangan adalah proses menuju kedewasaan yang bersifat kualitatif (tidak dapat digambarkan dengan angka, lebih dilihat dari segi fungsionalnya) untuk menjadi makhluk yang sempurna seutuhnya. Perkembangan, tidak terbatas pada usia, artinya makhluk hidup akan terus berkembang seiring pertambahan usianya. Contoh perkembangan adalah proses seorang manusia dari lahir hingga mampu berbicara, berdiri, dan berjalan.

Hal menyenangkan dalam mempelajari pertumbuhan dan perkembangan adalah kita dapat mengerti bahwa pertumbuhan dan perkembangan itu tidaklah sama, namun keduanya mempunyai saling keterkaitan yang tidak dapat dipisahkan misalnya seorang anak yang berusia 2 tahun dari segi pertumbuhan pasti akan mengalami perubahan dibandingkan saat usia 1 tahun yang awalnya belum bisa berjalan, kemudian di usai 2 tahun sudah mulai belajar berjalan selain itu, anak usia 1 tahun yang bertambah usia ke 2 tahun mengalami perkembangan dalam segi kecerdasaanya misalnya pada usia 2 tahun anak itu sudah bisa memanggil “mama” dan dapat bernyanyi walaupun tidak terlalu jelas pengucapan vokalnya.
Jika dikaitan dengan ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
ولقد خلقنا الإنسان من سلالة من طين(12)
ثم جعلناه نطفة في قرار مكين(13)
ثم خلقنا النطفة علقة فخلقنا العلقة مضغة فخلقنا المضغة عظاما فكسونا العظام(14)
 لحما ثم أنشأناه خلقا آخر فتبارك الله أحسن الخالقين
Artinya:
(12) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati     (berasal) dari tanah.
(13) Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim).
(14) Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Suci lah Allah, Pencipta Yang Paling Baik.

5. Teori belajar menurut Skinner



Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan memengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya memengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
Dari teori belajar yang di kemukakan oleh Skinner dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses interaksi yang terjadi dengan lingkungan yang menimbulkan perubahan tingkah laku sesuai dengan repon yang di dapat dari lingkungannya, misalnya seorang anak belajar mengaji maka repon yang akan didapat adalah anak itu akan memperoleh pujian yang baik, namun apabila seorang anak belajar untuk berbohong maka akan memperoleh celaan dari lingkungan. Jadi proses belajar itu berlangsung sesuai dengan bagaimana lingkungan yang ada.

6. Pengertian Intelegensi dan Intelegensi yang dimiliki
Intelegensi berasal dari bahasa Inggris “Intelligence” yang juga berasal dari bahasa Latin yaitu “Intellectus dan Intelligentia atau Intellegere”. Teori tentang intelegensi pertama kali dikemukakan oleh Spearman dan Wynn Jones Pol pada tahun 1951. Spearman dan Wynn mengemukakan adanya konsep lama mengenai suatu kekuatan (power) yang dapat melengkapi akal pikiran manusia tunggal pengetahuan sejati. Kekuatan tersebut dalam bahasa Yunani disebut dengan “Nous”, sedangkan penggunaan kekuatannya disebut “Noeseis”. Intelegensi berasal dari kata Latin,yang berarti memahami. Jadi intelegensi adalah aktivitas atau perilaku yang merupakan perwujudan dari daya atau potensi untuk memahami sesuatu.
William Stern mengemukakan batasan sebagai berikut; Intelegensi  ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.

Intelegensi yang saya miliki adalah kecerdasan linguistik (kecerdasan bahasa) karena saya menyukai segala sesuatu yang berhubungan dengan menulis, membaca, dan menghafal. Namun saya lebih dominan dalam hal menulis dan membuat kata-kata mutiara  sehingga saya harus mempebanyak kosa kata dalam bahasa. Cara mengembangkan intelegensi yang saya miliki adalah saya sering mencoba menulis karangan atau artikel kemudian saya posting ke blog selain kecerdasan bahasa, saya juga memiliki kecerdasan intrapersonal, yakni kemampuan mental untuk mengenali aspek-aspek internal diri sendiri, misalnya kognisi, perasaan, emosi, kebutuhan, keinginan, kemauan, harapan, kerinduan, dan untuk membeda-bedakan aspek-aspek ini, yang diperlukan untuk memahami dan memandu perilaku dan tindakan sendiri. Untuk mengembangkan potensi dalam hal ini saya lebih sering mengintrospeksi segala kekurangan dan kelebihan yang dimiliki dalam melakukan tindakan.

7. Pengertian Motivasi Dan Pengaruh Motivasi Eksternal dan Internal


Motivasi  adalah suatu yang menghidupkan (energizer), mengarahkan dan mempertahankan prilaku; motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan mereka dalam suatu arah tertentu dan menjaga mereka agar terus bergerak.
Motivasi adalah proses yang memberi semangat,arah dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama.
Motivasi Eksternal adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan sesuatu yang lain (cara untuk mencapai tujuan). Motivasi eksternal sering dipengaruhi oleh insentif eksternal seperti imbalan dan hukuman.
Motivasi Internal adalah motivasi internal untuk melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri). Misalnya, mungkin murid belajar untuk  mengikuti ujian karena ia menyukai mata pelajaran tersebut.
Motivasi Eksternal yang memepengaruhi saya untuk belajar manajemen pendidikan adalah dorongan dari orangtua yang menginginkan saya dapat mendirikan sebuah sekolah yang nantinya dapat membantu mencerdaskan anak bangsa.
Motivasi Internal yang mempengaruhi saya untuk belajar di jurusan manajemen pendidikan adalah kesadaran diri bahwa  pendidikan di Indonesia masih kurang dari kualitas yang baik, jika setelah lulus dari manajemen pendidikan saya ingin memperbaiki sistem pendidikan yang ada di sekolah contoh kecilnya dalam bidang pembelajaran yang ada di sekolah dengan memfokuskan terhadap perkembangan pendidikan karakter yang siswa miliki.

8. Teori belajar yang cocok untuk jurusan manajemen pendidikan adalah:
Teori Belajar Konstrutivistik
Menurut teori belajar konstruktivistik belajar dilakuakn lewat pengalaman langsung, kemudian berusaha langsung menkonstuksi pengalaman sesuai dengan pengetahuan sebelumnya, dan anak aktif mencari pengetahuan yang dipengaruhi oleh lingkungan.
ciri-ciri pembelajaran konstruktivistik
·         Pembelajaran berpusat pada sisiwa dan guruberperan sebagai motivator, fasilitator dan mediator.
·         Dalam pembelajaran guru menyiapkan tugas yang membuat anak tertantang.
·         Guru mendampingi anak dalam belajar, jika ada pertanyaan dijawab lagi dengan pertanyaan.
·         Stimulus => respon => penguatan
Saya menyukai teori belajar konstruktivistik karena menurut pendapat saya teori ini sangat tepat untuk prodi manajemen pendidikan, dimana prodi ini menuntut peserta didik untuk dapat mengimplementasikan dalam lingkungan pendidikan, misalnya pada  beberapa mata kuliah peserta didik di tuntut untuk melakukan observasi disekolah secara langsung, dimana sebelum melakukan observasi peserta didik diberikan pengarahan tentang manajemen yang di terapkan dalam sekolah. Setelah mendapatkan pengarahan dan materi pembelajaran maka peserta didik dapat langsung melakukan observasi untuk membuktikan kebenaran dari teori yang sudah disampaikan.
9. Ciri-ciri guru yang beraliran Behaviorisme
Teori Belajar Behavioristik
Belajar merupakan perubahan prilaku atau tingkah laku stimulus -> respon -> penguatan.
ciri-ciri pembelajaran behavioristik :
·         pembelajaran berpusat pada guru
·         guru sebagai sumber informasi dan media pembelajaran
·         lebih menekankan pada latihan tanpa menekankan pada pemahaman terlebih dahulu
·         memotivasi anak atau siswa dengan hadiah dan hukuman
·         menekankan hasil belajar pada hasil akhir tanpa melihat proses
·         dalam pembelajaran banyak menggunakan contoh
·         banyak aturan yang ditetapkan guru
·         aktifitas lebih dominan pada guru
Bentuk perubahan dari stimulus -> respon -> penguatan yaitu :
·         sikap
·         ide
·         gerak ( prilaku )

10. Ciri-ciri guru yang beraliran Humanistik
Perilaku mengajar yang humanis terkait dengan aliran Humanism, yaitu sebuah pendekatan psikologis yang menitikberatkan pada masalah-masalah kepentingan manusia, nilai-nilai, dan martabat manusia (Kartono & Gulo, 2000) Berdasarkan uraian Prof. Dr. Djohar (dalam Alimi dan Zaidie, 1996), penulis menyimpulkan bahwa Perilaku yang humanis adalah perilaku yang memanusiakan siswa dengan menghargai martabat dan memperlakukan sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Menurut Rogers (dalam Palmer, 2003) dalam proses pendidikan dibutuhkan rasa hormat yang positif, empati, dan suasana yang harmonis/tulus, untuk mencapai perkembangan yang sehat sehingga tercapai aktualisasi diri.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondisi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.  Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :
1.                Merespon perasaan siswa
2.                Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang
3.                Berdialog dan berdiskusi dengan siswa
4.                Menghargai siswa
5.                Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan
6.                Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan segera dari siswa)
7.                Tersenyum pada siswa


Sumber Referensi:
Dakir, Dasar-dasar Psikologi. Jakarta: Pustaka Pelajar, 1993.
Darsono, Max. Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. 2001.
Haryanto, 2010, Macam-macam teori belajar, http://belajarpsikologi.com/macam-macam-teori-belajar/, diakses tgl 25 April 2015, jam 20.00
Ioanes rakhmat, Teori Multiple Intelligences Howard Gardner,http://ioanesrakhmat.blogspot.com/2014/10/teori-multiple-intelligences-howard.html, di akses tgl 25 April 2015, jam 19.30
Jeanne Ellis Omrod, Psikologi Pendidikan,  Jakarta: Erlangga,2008
John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Kencana, 2008.
Ngalim Purwanto, Psikologi pendidikan, Bandung : Remadja Karya CV , 1985.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1998.
Syamsul bahri thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris. Jakarta: kencana,2010